Jama’ah shalat jumat rahimakumullah,
Bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada UtusanNya, baginda Nabi Muhammad Shalalahu’alaihi wasallam. Dalam kesempatan ini khatib mengajak untuk sama-sama kita tingkatkan taqwa agar di akhirat kita bisa meraih hidup yang mulia.
Jama’ah shalat jumat rahimakumullah,
Pemimpin merupakan harapan bagi setiap yang dipimpinnya agar dapat mengemban amanah yang dititipkan kepadanya. Pemimpin yang amanah akan membawa kepada kebaikan bagi ummat dalam segala hal. Sebab ia mengerti betul akan tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Maka mengenali kriteria pemimpin yang amanah adalah satu hal yang penting untuk kita ketahui.
Mengapa pemimpin harus Amanah? Karena amanah yang bermakna dapat dipercaya/ jujur, adalah salah satu diantara empat sifat Nabi dan Rasul disamping Shiddiq (benar), Fathanah (cerdas) dan Tabligh (menyampaikan kepada umat). Lebih dari itu, sifat amanah adalah perintah Allah SWT untuk dijalankan setiap manusia terlebih para pemimpin.
Di dalam al-Quran, Surat Al-Nisa : 58, Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-
baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sunggguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(Q.S. An Nisa : 58)
Sidang jumat rahimakumullah,
Maka sangat perlu bagi kita untuk memiliki sifat amanah dan memilih pemimpin-pemimpin yang amanah diantara kita agar dia mampu menghadirkan kebaikan-kebaikan bagi rakyatnya atas izin Allah.
Lalu bagaimanakah kita mengenali pemimpin yang amanah itu? Rasulullah Shalalahu’alaihi wasallam telah memberikan penjelasan kepada kita bagaimana mengetahui ciri atau kriteria pemimpin yang amanah itu. Diantara ciri pemimpin yang amanah adalah
1. Tidak terlalu berambisi menduduki jabatan itu, apalagi sampai menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan atau jabatan.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shalalahu’alaihi wasallam :
قال أَبُو مُوسَى: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِىِّ (صلى الله عليه وسلم) أَنَا وَرَجُلانِ مِنْ قَوْمِى، فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: أَمِّرْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَقَالَ الآخَرُ مِثْلَهُ، فَقَالَ: إِنَّا لا نُوَلِّى هَذَا مَنْ سَأَلَهُ، وَلا مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ (رواه البخاري)
Abu Musa berkata: Suatu ketika aku menghadap Nabi Saw bersama dua orang dari kaumku. Salah satu dari mereka berkata: “Wahai Rasul, angkatlah aku jadi pemimpin.” Dan seorang lagi juga mengatakan hal yang sama. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh kami tidak akan menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang
memintanya, dan tidak pula kepada yang berambisi untuk meraihnya. (HR. Bukhari)
Dari hadits ini, kita bisa mendapat sebuah keterangan bahwasanya memilih pemimpin (memberikan amanah) kepada orang yang memintanya (mengajukan diri), tidaklah diperkenankan, apalagi kepada seseorang yang sangat berambisi sehingga menggunakan segala cara untuk menjadikan dirinya seorang pemimpin, sampai ia harus menyuap dan sebagainya. Sosok pemimpin yang seperti ini jelas akan sulit untuk berlaku amanah nantinya.
Pemimpin yang memperoleh sebuah jabatan dengan cara-cara yang curang, sulit untuk diharapkan akan dapat berjuang untuk kesejahteraan rakyatnya. Ia justru akan sibuk memperkaya diri, mementingkan kelompoknya, mengembalikan modal, dan mengupayakan segala cara untuk mempertahankan jabatannya.
2. Taat ibadah, memiliki kemampuan, dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan masyarakat.
Teladan seperti ini dapat kita cari dari sepenggal kisah Umar bin Khattab, yaitu ketika ia menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar. Di suatu kesempatan, Umar bin Khattab mengangkat Nafi’ Bin al-Harits sebagai gubernur Mekah. Sebagai gubernur, Nafi’ memilih Ibnu Abza untuk menjadi pemimpin di suatu daerah lembah di dekat Mekah. Sementara semua orang tahu bahwa Ibnu Abza bukanlah dari suku yang terhormat, Ia hanyalah bekas budak di komunitas tersebut.
Saat Umar bin Khattab mengonfirmasi hal tersebut, Nafi’ Bin al-Harits menjawab, “Ia memang bekas budak, tetapi ia hafal Alquran, paham masalah waris (faraidh), dan dapat memutuskan persoalan masyarakat dengan adil.” Atas keputusan Nafi’, Umar bin Khattab pun memujinya karena melihat kapabilitas dan keadilannya. Kisah ini dapat ditemukan dalam Musnad Imam Ahmad.
3. Takut kepada Allah
Seorang yang takut kepada Allah dia akan terlihat banyak beribadah, sering ke masjid, sering bersedekah, rendah hati namun menjadi pembela ketika agamanya dihina. Ketika dia menjadi pemimpin dia tidak suka berbuat curang tidak pula suka menipu, sebab dia merasa takut dengan Ancaman Allah.
Didalam sebuah hadits dikatakan :
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya. (H.R. Muslim)
Itulah beberapa kriteria pemimpin amanah yang perlu kita ketahui agar kita dapat menjadi pemimpin ataupun memilih pemimpin yang amanah sesuai dengan kriteria Rasulullah saw. Wallahu A’lam.
Wallahu ta’ala yaquulu wabiqoulihi yahtadil muhtaduun.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن
كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن
KHUTBAH KEDUA
اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا
أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ،
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنْ
وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللَّهِ إنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ
Terima kasih, Tadz...
BalasHapusSehat selalu ya...
tksh
BalasHapussemoga menjadi amal yang diridhoi allah swt.. semoga ustd sehat selalu dan berkah dalam hidupnya... teirma kasih ustd naskah khutbahnya..
BalasHapus