Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah, Alkisah menjelang keberangkatan Rasulullah dan para sahabatnya ke medan perang Badar, datanglah seorang pemuda menghadap Rasulullah SAW. kala itu usianya 13 tahun. Masih sangat muda. Badannya yang kecil tidak lebih tinggi dari pedang yang dibawanya. Setelah dekat kepada beliau dia berkata, “Saya bersedia mati untuk Anda, wahai Rasulullah! Izinkanlah saya pergi jihad bersama Anda.”
Rasulullah bangga dan takjub dengan remaja itu. Tetapi, beliau tidak mengizinkannya untuk berperang karena usianya yang masih sangat muda. Remaja itu pun kembali, dengan kesedihan yang mendalam, niatnya untuk memperjuangkan Islam belum bisa dilaksanakan. Sementara itu, ibunya yang dari tadi melihat dari kejauhan, tidak kalah sedihnya. Sebab, putranya belum mendapat kesempatan membela Islam.
Setahun kemudian, ketika ummat islam bersiap untuk menghadapi perang uhud, ia mengajukan diri lagi namun lagi-lagi Rasulullah belum mengizinkan karena usianya yang masih terlalu muda. Baru pada saat usianya menginjak 16 tahun, dia diizinkan ikut berperang.
Ma’syiral muslimin, pemuda itu bernama Zaid Bin Tsabit. Ia berasal dari golongan anshar, masih berusia 11 tahun ketika Nabi hijrah ke Madinah, dan telah menjadi yatim ketika ia berumur enam tahun.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah, selain pemberani, keistimewaan pemuda ini adalah ia seorang penghafal Al Quran. Saat usianya menginjak 11 tahun ia sudah menghafal 17 surat Al Qur’an yang di murajaah langsung oleh Rasulullah SAW. Zaid juga berhasil menyempurnakan hafalan qur’annya ketika Rasulullah SAW masih hidup.
Tidak hanya itu ia juga pemuda yang sangat cerdas yang mampu mempelajari bahasa asing dengan cepat. Rasulullah sempat menyuruhnya belajar beberapa bahasa asing termasuk bahasa ibrani yang dipakai oleh kaum Yahudi dan ia dapat menguasainya dengan cepat.
Selain itu ia juga mahir bahasa Persia, Roma serta Habasyah. Kemampuan bahasa dan tulis-menulis Zaid di atas rata-rata. Oleh karena itu Zaid diangkat menjadi salah satu penulis surat-surat dakwah Rasulullah SAW, termasuk menjadi pencatat wahyu Al Quran.
Dan di masa khalifah Abu Bakar ia diberi mandat untuk mengumpulkan dan membukukan Al Quran. Karena pada saat terjadi perang Yamamah melawan Nabi Palsu Musailamah Al Kadzab, banyak para penghafal quran yang gugur.
Ma’asyiral muslimin, terkhusus para pemuda. Inilah sosok pemuda yang diharapkan oleh Islam. Memiliki semangat juang, cerdas, dan mampu memikul tanggung jawab serta amanah yang diberikan kepadanya.
Masa muda waktu berharga yang tak dapat tergantikan, maka setiap yang menginginkan kesuksesan harus memanfaatkan masa mudanya sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya sebelum datang hari tuanya.
Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara lainnya”, dalam hadis ini salah satunya beliau menyebutkan : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ “masa mudamu sebelum masa tuamu”.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, khususnya para pemuda yang dicintai Allah, Pemuda adalah agen perubahan. Itulah mengapa Al-Qur'an mengisahkan para pemuda yang memperjuangkan agamaNya; diantaranya ada Ibrahim as, Musa as, dan Ashabul Kahfi.
Itulah mengapa sejarah Islam juga diwarnai oleh para pemuda. Sebagian dari Assaabiquunal awwalun yang ditarbiyah Rasulullah adalah pemuda. Dai yang ditugaskan Rasulullah untuk berdakwah di Madinah dan mengislamkan penduduk disana adalah Mush'ab bin Umair, seorang pemuda. Komandan perang sekaligus khalifah yang mampu menaklukkan konstantinopel ternyata juga seorang pemuda; dialah Muhammad Al-fatih.
Wahai para pemuda Islam saatnya kita bangkit menyongsong masa depan. Menjadi Pemuda-pemuda seperti Zaid Bin Tsabit dan yang lainnya yang telah disebutkan dalam khutbah ini. Jika kita bersemangat dalam memperjuangkan Islam, menolong agama Allah maka Allah SWT akan berikan pahala yang besar.
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( Q.S. Muhammad : 7)
Tidak mungkin Islam ini memperoleh kembali kejayaannya, jika umat Islam hanya diam dan pasrah dengan kondisi yang ada. Sementara para pemudanya hanya berfoya-foya dan terjatuh dalam budaya hedonisme yang telah dikembangkan oleh pembenci-pembenci Islam. Allah SWT Berfirman : Dialah (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar