BIOGRAFI
DAN STRATEGI DAKWAH
SUNAN
KUDUS
Sunan Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk
Kudus, dia berasal dan lahir di Al-Quds, Palestina. Kemudian bersama kakek,
ayah dan kerabatnya berhijrah ke Tanah Jawa.
Sunan Kudus memiliki nama asli Sayyid Ja'far
Shadiq Azmatkhan. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung (Sayyid Utsman
Haji) dengan Syarifah Dewi Rahil binti Sunan Bonang. Lahir pada 9 September
1400M/ 808 Hijriah.
Ayahnya yaitu Sunan Ngudung adalah putra
Sultan di Palestina yang bernama Sayyid Fadhal Ali Murtazha (Raja Pandita/Raden
Santri) yang berhijrah ke Jawa dan sampailah di Kekhalifahan Islam Demak dan
diangkat menjadi Senopati (Panglima Perang)
Nama Ja'far Shadiq diambil dari nama datuknya
yang bernama Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib suami dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw. Demikianlah
Nasabnya sampai ke Rasulullah SAW.
Selain ahli agama, beliau juga ahli strategi
perang dan tata negara. Beliau dipercaya menggantikan ayahnya sebagai panglima
perang Kesultanan Demak dan menjadi imam besar Masjid Agung Demak, serta
menjadi qadhi atau hakim di Kerajaan tersebut.
Sunan Kudus juga dikenal dengan julukan wali
al-ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih, usul
fikih, tauhid, hadits, serta logika.
Setelah beberapa tahun mengabdi dan berdakwah
di wilayah Kudus, Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus pun tutup usia.
Beliau meninggal di Kudus pada tahun 1550.
Makamnya terletak di dalam kompleks Masjid Menara Kudus.
STRATEGI DAKWAH SUNAN KUDUS
Berkat penerimaan dakwah yang disampaikan
Ja'far Shadiq, wilayah Tajug kemudian berganti nama dengan Kudus, yang diambil
dari kata Al-Quds, sebuah kota suci di Palestina. Karena itulah, Ja'far Shadiq
dikenal dengan julukan Sunan Kudus.
Sunan Kudus mengembangkan dakwahnya melalui
akulturasi budaya dengan perlahan agar bisa diterima masyarakat setempat.
Akulturasi terlihat melalui arsitektur masjid Menara Kudus yang dibangunnya.
Selain seorang ulama beliau juga sosok
pujangga yang piawai menciptakan berbagai tembang dan cerita keagamaan.
Karyanya yang paling terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil.
Sumber :
·
Sejarah Kebudayaan Islam Untuk
Madrasah Aliyah Kelas XII /Kementerian Agama,- Jakarta : Kementerian Agama
2019.
·
tirto.id
·
wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar